Tuesday, 17 June 2014

Psychology of Differences : Personality and Intelligence

Psychology of differences berakar dari pemikiran filsuf-filsuf awal yang menjelaskan perbedaan kepribadian menggunakan teori empat humor dan temperamen. Kemudian pada abad ke-20, akhirnya kepribadian dipelajari secara ilmiah. Selain kepribadian, yang juga menjadi faktor pembeda individu adalah intelejensi.

J.P. Guilford



Guilford mengeluarkan satu model untuk menjelaskan kreativitas manusia yang disebutnya sebagai Model Struktur Intelek (Structure of Intellect). Dalam model  ini, Guilford menjelaskan bahwa kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen. Proses berpikir konvergen adalah cara berpikir untuk menghasilkan satu jawaban yang benar dari suatu permasalahan, sedangkan proses berpikir divergen adalah cara berpikir untuk menghasilkan banyak jawaban yang berbeda untuk satu permasalahn yang sama.

Gordon Allport



Pada tahun 1936, Allport melakukan projek dimana ia mencari semua kata dan istilah dalam kamus yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan seseorang. Dari sana, Allport mendapatkan daftar yang berisi sekitar 4500 kata yang kemudian ia gunakan dalam menyusun three levels of traits, yaitu:

  • Cordinal trait, sifat yang mendominasi dan membentuk perilaku seseorang
  • Central trait, sifat umum yang ada pada setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda
  • Secondary trait, sifat yang muncul hanya pada situasi tertentu
Raymond Cattel



Cattel adalah yang pertama kali mengajukan ide mengenai fluid dan crystalized intelligence, yang kemudian dikembangkan bersama dengan muridnya, John Horn. Menurut Cattel dan Horn, secara umum intelejensi dibagi menjadi dua:
  • Fluid intelligence, kemampuan untuk berpikir abstrak
  • Crystalized intelligence, akumulasi informasi dan kemampuan verbal
Cattel juga berusaha mengembangkan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) sebagai bentuk usaha untuk mendapatkan hasil tes yang akurat dan tidak terpengaruh faktor lingkungan. Namun, saat ini CFIT tidak banyak digunakan karena dianggap belum mencapai tujuannya sebagai tes kecerdasan yang tidak bias budaya.

Hans J. Eysenck


Menurut teori kepribadian Eysenck, kepribadian merupakan suatu keturunan genetis. Eysenck menggambarkan kepribadian seseorang dalam hierarki sifat. Dimensi kepribadian yang difokuskan Eysenck ada dua, yaitu intovert vs ekstrovert dan stable vs neurotic


Pada tahun 1970-an, Eysenck menambahkan satu dimensi lagi yaitu psychoticism bagi orang-orang yang agresif, seperti orang dengan gangguan psikotik schizophrenia.


No comments:

Post a Comment