Friday, 6 June 2014

Behaviorism

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai dari manusia sejak masih bayi sampai dengan diakhir hidupnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik pada manusia yang membedakan dengan mahluk lainnya.  Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar kemudian menghasilkan beragam teori. Salah satunya adalah teori Behavioristik atau Behaviorism yang mempelajari tentang teori perilaku/tingkah laku.

Dalam psikologi behaviorism terdapat tokoh :
  1. Ivan Pavlov
  2. Edward Thorndike
  3. John B. Watson
  4. Edward Tolman
  5. B.F. Skinner
  6. Joseph Wolpe


Ivan Pavlov


Pavlov meraih penghargaan nobel dalam bidang “psychology or medicine” pada tahun 1904. Teorinya yang bernama Classical Conditioning (pengkondisian) sangat berpengaruh dalam psikologi behavioristic di Amerika.
Classical Conditioning (pengkondisian) adalah suatu proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.



Edward Thorndike


Teori tersebut ditemukan oleh Edward Thorndike dalam percobaanya terhadap beberapa binatang. Dalam percobaanya Ia menggunakan beberapa jenis binatang, antara lain adalah anak anjing, kucing, dank kera. Edward Thorndike mengkondisikan binatang dalam keadaan lapar dan terkurung didalam kandang. Lalu Ia meletakan makanan diluar kandang. Untuk dapat mengambil makanan tersebut para binatang diharuskan membuka pintu kenop dengan menyentuhnya. 
Dalam percobaan tersebut para binatang menunjukan berbagai macam reaksi seperti mengigit, meloncat, serta mencakar-cakar.Hingga binatang tersebut  tidak sengaja menyentuh kenop pintu dan pintu pun terbuka. Percobaan ini dilakukan berulang-ulang hingga Thorndike mengamati bahwa frekuensi binatang tersebut melakukan kesalahan menjadi suatu minim. 
Dari penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respon untuk keluar kandang secara bertahap diasosiasikan dengan suati situasi yang menampilkan stimulus dalam suatu proses coba-coba (“trial and error”).Respon yang benar secara bertahap diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba sedangkan respon yang tidak benar melemah atau menghilang. 

Thorndike mengemukakan tiga teori tentang belajar, yaitu :

Law Of Effect (Hukum Sebab Akibat)
hukum ini menunjukkan kuat lemahnya hubungan stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang ditimbulkan. Apabila respon yang ditimbulkan mendatangkan kesenangan, maka respon tersebut akan dipertahankan atau diulang ; sebaliknya jika respon yang ditimbulkan adalah hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut dihentikan atau tidak diulang lagi.

Law Of Exercise (Hukum Latihan Atau Pembiasaan)
hukum ini menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus menerus dilatih atau diulang ; sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan semakin melemah jika tidak pernah dilatih atau dilakukan pengulangan

Law Of Readiness (Hukum Kesiapan)
hukum ini, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Jika seorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka tindakan yang dilakukan akan memberi kepuasan dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain.



John B. Watson

John Broadus Watson mengeluarkan ‘Psychology as the Behaviorist Views It’ pada tahun 1912, dimana pada tahun itu di Amerika sedang gencar terjadi progressive era. Progressive era adalah periode dimana aktivitas sosial dan politik berkembang pesat, dan berpengaruh ke hamper seluruh aspek kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan.

Inti dari ‘Psychology as the Behaviorist Views It’ adalah:
Psikologi adalah cabang eksperimental dari pengetahuan alam / natural.
Psikologi telah gagal menegaskan diri sebagai bagian dari pengetahuan alam / natural karena mengikutsertakan jiwa / kesadaran / consciousness dalam ruang lingkupnya.
Objek studi psikologi adalah perilaku nyata yang dapat diobservasi.

Garis besar pemikiran Watson:

S-R Psychology
  • Stimulus : Semua objek yang ada di  lingkungan,
  • Response : Segala bentuk jawaban terhadap stimulus.
  • No hereditary, menurut Watson, behavior atau perilaku     manusia adalah murni hasil dari pembelajaran, bukan hasil dari keturunan biologis.
  • Watson tidak sepenuhnya menampik konsep jiwa manusia. Menurutnya, jiwa manusia itu ada, namun tidak untuk dipelajari atau dijelaskan secara ilmiah. Watson hanya mengakui tubuh dan behavior manusia sebagai objek studi ilmiah.
  • Psikologi harus menggunakan metode empiris, yang mencakup observasi, conditioning, testing, dan verbal reports.
  • Watson menolak konsep insting
  • Pembelajaran adalah konsep yang vital
  • Sependapat dengan Pavlov, Watson mengakui bahwa kebiasaan atau habit manusia ada melalui proses conditioning yang kompleks.
Kesimpulan percobaan ‘Little Albert’:
Emosi manusia erat hubungannya dengan classical conditioning
Behavior dapat diprediksi, dikontrol, dan dimodifikasi
Efek dari conditioning bertahan relative lama.

Edward Tolman

American Psychologist. Terkenal dengan studinya dalam behavioral psychology. Lahir di West Newton, Massachusetts. Belajar di Massachusetts Institute of Technology, danmendapatkangelar Ph.D. di Harvard Universitypadatahun 1915. Menghabiskan sisa karirnya dengan mengajar psikologi di Unversity of California, Berkeley (1918 – 1954)

Psychological work:
  • Purposive behaviorism
  • Latent learning
  • Cognitive Map


B.F. Skinner

Lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di Pennsylvania, Amerika Serikat dan meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990 di Cambridge, Amerika Serikat. Terpengaruh oleh ajaran Ivan Pavlov dan John B. Watson

Ia mengeluarkan teori :
  • Reinforcement
  • Punishment
  • Radical Behaviorism






Joseph Wolpe

Joseph Wolpe adalah seorang psikiater di Afrika Selatan. Pada tahun 1940-an ia bertugas menjadi dosen di bidang psikiatri pada Universitas Witwatresrand.  Sebelum menjadi dosen di Universitas Witwatresrand, ia menjadi psikiater di rumah sakit militer
Pada tahun 1961 Wolpe mengenalkan konsep sistematis desensititas. Perawatan desensitisasi mencakup empat  langkah: 
  • penyusunan hierarki kegelisahan,
  • pelatihan relaksasi, 
  • kontra kondisioning, yaitu pemasangan relaksasi dengan stimulus yang ditakuti, 
  • pengukuran sejauh mana pasien dapat berinteraksi  dengan obyek yang ditakuti.



No comments:

Post a Comment