Psikologi
kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indera
diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
Teori kognitif
ini tidak menyelidiki hal-hal yang lebih mendalam dari yang ada pada kesadaran,
tidak juga mempelajari proses yang terjadi pada dalam alam bawah sadar dan
ketidaksadaran, dan teori ini dengan mudah dapat dibedakan dari teori-teori
psikoanalisis.
Fritz Heider (Teori P-O-X)
Heider
mengemukakan teori yang berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada
seseorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang lain (pihak ketiga) yang
menyangkut orang pertama dan orang kedua. Orang pertama yang mengalami perasaan
itu diberi lambang P (person). Orang kedua yang berhubungan dengan P diberi
lambang O (others), sedangkan pihak ketiga yang bisa berupa orang, benda,
situasi dan sebagainya dilambangkan dengan X. Dengan demikian hubungan tiga
pihak itu disebut hubungan P-O-X.
Hubungan P-O-X
dapat bersifat saling memiliki (yang satu merupakan bagian dari yang lain,
sangat erat) dan saling tidak memiliki. Menurut Heider bisa juga bersifat
positif (menyukai, memuja, menyetujui dan sebagainya) atau negative (mencela,
tidak menyetujui, tidak menyukai dan sebagainya). Berdasarkan sifat-sifat
hubungan P-O-X tersebut diatas dapat terjadi berbagai kombinasi hubungan P-O-X
yang akibatnya terhadap kognisi (kesadaran) P bisa 3 macam, yaitu;
1.
Keadaan
seimbang (balance) yang menimbulkan rasa puas, senang, dan mendorong P untuk
berbuat sesuatu untuk mempertahankan hubungan ini.
2.
Keadaan
tidak seimbang (imbalance) yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak senang,
tidak puas, penasaran dan sebagainya dan menyebabkan P terdorong untuk berbuat
sesuatu untuk mengubah sifat-sifat hubungan P-O-X sehingga mendekati keadaan
yang seimbang.
3.
Keadaan
tidak relevan (irrelevan) yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap P, sehingga P
tidak terdorong untuk berbuat apa-apa.
Leon Festinger (Disonansi Kognitif)
Festinger
mengemukakan teorinya yang banyak dipengaruhi oleh Kurt Lewin. Dalam teori
Festinger, sector-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakan elemen-elemen
kognisi. Elemen-elemen kognisi itu saling berhubungan satu sama lain dan jenis
hubungan itu ada 3 macam, yaitu;
1.
Hubungan
yang tidak relevan
2.
Hubungan
disonan
3.
Hubungan
konsonan
Jika hubungan
yang tidak relevan tidak menghasilkan reaksi apa-apa pada seseorang, perasaan
disonan menimbulkan perasaan tidak senang, janggal, penasaran, aneh, tidak puas
dan sebagainya sehingga mendorong orang yang bersangkutan untuk berbuat sesuatu
untuk mencapai keadaan konsonan. Hubungan konsonan itu sedniri menimbulkan rasa
puas, senang, bisa mengerti dan sebagainya. Hubunga yang disonan disebabkan
oleh elemen-elemen kognisi yang saling menyangkal, sedangkan hubungan konsonan
adalah hubungan yang tidak disonan.
Menurut
Festinger, hubungan yang disonan juga dapat disebabkan oleh nilai-nilai budaya
dan pendapat umum.
Untuk mengurangi
disonansi ada 3 cara yang bisa ditempuh, yaitu;
1.
Mengubah
elemen tingkah laku
Contoh;
seorang perempuan berbelanja membeli tas yang mahal, namun teman-temannya
mencela bahwa tas tersebut jelek. Perempuan itu merasa disonan karena membeli
tas yang mahal tetapi jelek, lalu ia mungkin akan menjual atau memberikannya
kepada orang lain.
2.
Mengubah
elemen kognisi dari lingkungan
Contoh;
Perempuan itu meyakinkan teman-temannya bahwa tas tersebut sedang trend.
3.
Mengubah
elemen kognisi baru
Contoh;
Perempuan tersebut mencari pendapat dengan temannya yang lain dan mendukung
pendapatnya bahwa tas tersebut sangat bagus.
No comments:
Post a Comment