Tuesday, 17 June 2014

Cognitive Psychology


Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indera diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.

Teori kognitif ini tidak menyelidiki hal-hal yang lebih mendalam dari yang ada pada kesadaran, tidak juga mempelajari proses yang terjadi pada dalam alam bawah sadar dan ketidaksadaran, dan teori ini dengan mudah dapat dibedakan dari teori-teori psikoanalisis.

Fritz Heider (Teori P-O-X)
Heider mengemukakan teori yang berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada seseorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang lain (pihak ketiga) yang menyangkut orang pertama dan orang kedua. Orang pertama yang mengalami perasaan itu diberi lambang P (person). Orang kedua yang berhubungan dengan P diberi lambang O (others), sedangkan pihak ketiga yang bisa berupa orang, benda, situasi dan sebagainya dilambangkan dengan X. Dengan demikian hubungan tiga pihak itu disebut hubungan P-O-X.






Hubungan P-O-X dapat bersifat saling memiliki (yang satu merupakan bagian dari yang lain, sangat erat) dan saling tidak memiliki. Menurut Heider bisa juga bersifat positif (menyukai, memuja, menyetujui dan sebagainya) atau negative (mencela, tidak menyetujui, tidak menyukai dan sebagainya). Berdasarkan sifat-sifat hubungan P-O-X tersebut diatas dapat terjadi berbagai kombinasi hubungan P-O-X yang akibatnya terhadap kognisi (kesadaran) P bisa 3 macam, yaitu;
1.     Keadaan seimbang (balance) yang menimbulkan rasa puas, senang, dan mendorong P untuk berbuat sesuatu untuk mempertahankan hubungan ini.
2.     Keadaan tidak seimbang (imbalance) yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak senang, tidak puas, penasaran dan sebagainya dan menyebabkan P terdorong untuk berbuat sesuatu untuk mengubah sifat-sifat hubungan P-O-X sehingga mendekati keadaan yang seimbang.
3.     Keadaan tidak relevan (irrelevan) yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap P, sehingga P tidak terdorong untuk berbuat apa-apa.

Leon Festinger (Disonansi Kognitif)
Festinger mengemukakan teorinya yang banyak dipengaruhi oleh Kurt Lewin. Dalam teori Festinger, sector-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakan elemen-elemen kognisi. Elemen-elemen kognisi itu saling berhubungan satu sama lain dan jenis hubungan itu ada 3 macam, yaitu;
1.     Hubungan yang tidak relevan
2.     Hubungan disonan
3.     Hubungan konsonan
Jika hubungan yang tidak relevan tidak menghasilkan reaksi apa-apa pada seseorang, perasaan disonan menimbulkan perasaan tidak senang, janggal, penasaran, aneh, tidak puas dan sebagainya sehingga mendorong orang yang bersangkutan untuk berbuat sesuatu untuk mencapai keadaan konsonan. Hubungan konsonan itu sedniri menimbulkan rasa puas, senang, bisa mengerti dan sebagainya. Hubunga yang disonan disebabkan oleh elemen-elemen kognisi yang saling menyangkal, sedangkan hubungan konsonan adalah hubungan yang tidak disonan.

Menurut Festinger, hubungan yang disonan juga dapat disebabkan oleh nilai-nilai budaya dan pendapat umum.
Untuk mengurangi disonansi ada 3 cara yang bisa ditempuh, yaitu;
1.     Mengubah elemen tingkah laku
Contoh; seorang perempuan berbelanja membeli tas yang mahal, namun teman-temannya mencela bahwa tas tersebut jelek. Perempuan itu merasa disonan karena membeli tas yang mahal tetapi jelek, lalu ia mungkin akan menjual atau memberikannya kepada orang lain.
2.     Mengubah elemen kognisi dari lingkungan
Contoh; Perempuan itu meyakinkan teman-temannya bahwa tas tersebut sedang trend.
3.     Mengubah elemen kognisi baru
Contoh; Perempuan tersebut mencari pendapat dengan temannya yang lain dan mendukung pendapatnya bahwa tas tersebut sangat bagus.

No comments:

Post a Comment